Sabtu, 25 September 2010

The Legend of Aang



Ceritanya adalah sebuah dunia yang memiliki tiga peradaban, yaitu Suku Air (Water Tribe), Kerajaan Tanah (Earth Kingdom), Pengembara Udara (Air Nomads), dan Bangsa Api (Fire Nation). Dalam setiap bangsa ada orang-orang yang dipanggil Bender (Pembengkok, atau dalam hal ini pengendali) yang memiliki kemampuan mengendalikan unsur alam sesuai bangsa mereka. Seni mengendalikan unsur alam ini merupakan perpaduan gaya seni beladiri dan sihir unsur alam. Dalam setiap generasi, ada seseorang yang mampu mengendalikan keempat unsur tersebut, ialah yang dipanggil sebagai Avatar, roh dari planet yang menitis dalam bentuk manusia. Ketika seorang Avatar meninggal dunia, dia akan terlahir kembali di bangsa yang gilirannya selalu bergantian sesuai dengan siklus Avatar (Avatar Cycle), yang seiring dengan musim: musim dingin untuk air, musim semi untuk tanah, musim panas untuk api, dan musim gugur untuk udara.
Di kisahkan, Aang, seorang anak laki-laki pengendali angin berusia 12 tahun dari Kuil Udara Selatan milik kaum Pengembara Udara, diberitahu oleh para tetua bahwa ia adalah Sang Avatar. Biasanya, seorang Avatar diberitahu jatidirinya sebagai seorang Avatar ketika ia beranjak 16 tahun, namun, para biksu takut akan perang yang terjadi diantara keempat bangsa akan segera terjadi dan dalam waktu singkat seorang Avatar akan diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan kedamaian dunia. Hal ini membuat Aang sangat kebingungan dan tertekan. Singkat cerita, Aang kabur dari Kuil Udara Selatan, namun di tengah jalan ia bertemu dengan badai yang sangat besar dan ia bersama Appa (seekor banteng terbang raksasa miliknya) jatuh tenggelam ke dalam laut. Tetapi Aang segera membuat bola udara mengitari tubuhnya dan Appa sehingga ia tidak basah. Bola udara tersebut membekukan air di sekitarnya sehingga Aang dan Appa terkurung di dalam bongkahan es. Singkat cerita, setelah 100 tahun, Aang ditemukan oleh dua orang dari suku air yang akhirnya mereka melakukan petualangan-petualangan untuk mencegah terjadinya peperangan yang dipicu oleh raja dari bangsa api.

Dari namanya saja, Avatar banyak meminjam dari seni budaya dan mitologi Asia. Selain itu, Avatar juga mencampur filosopi, bahasa, agama, seni bela diri, pakaian, dan budaya dari negara-negara Asia seperti misalnya China, Jepang, Mongolia, Korea, India, dan Tibet. Penampilan Suku Air kelihatannya dipengaruhi oleh budaya Inuit. Secara gamblang dapat ditemukan pengaruh dari seni dan sejarah China, anime Jepang, Hinduisme, Taoisme, Buddhisme, dan Yoga. Hal itu tentu bisa terwujud karena adanya peran seorang konsultan budaya dalam produksi animasi ini. Yang unik adalah dalam cerita, Aang dianggap sebagai Sang Avatar saat dilakukan pengujian dengan memilih empat mainan diantara ribuan mainan yang ada. Empat mainan tersebut adalah mainan yang sama dengan yang dipilih oleh para Avatar dari generasi sebelumnya ketika masih kecil, dan membuktikan bahwa Aang adalah reinkarnasi dari Avatar. Ini merupakan ujian yang mirip dengan yang dilakukan oleh anak-anak Buddha di Tibet untuk menguji apakah ia merupakan reinkarnasi Tulku Lama.
Secara umum, film animasi ini merupakan film animasi yang memiliki nilai budaya Asia yang cukup kental. Jalan ceritanya sangat menarik dan mengedepankan nilai-nilai ketimuran, meskipun masih ada kesan ‘western' yang tertangkap. Meskipun atribut-atribut yang timbul sangat ‘oriental', namun perlu ditekankan pula bahwa bagaimanapun animasi ini hanyalah sebuah fiksi yang bernafas Asia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar